BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional sebagai mana disebutkan dalam garis-garis besar
haluan negara pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya
dan Pembangunan Masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai Dasar,
Tujuan dan Pedoman Pembangunan Nasional .
Dengan dua sisi pandang pembangunan tersebut, maka pada dasarnya
pembangunan itu di tunjukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara
sederhana kesejahteraan masyarakat dapat di formulasikan dengan batasan
terpenuhinya seluruh kebutuhan baik aspek material maupun spiritual.
Berdasarkan uraian di atas dapat di katakan bahwa pembangunan adalah
merupakan tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah
pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang.
Kegiatan masyarakat dan pemerintah saling menunjang, saling mengisi dan
saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan
pembangunan Nasional. Dengan demikian keterlibatan semua unsur, kesamaan
persepsi, tekad dan gerak langkah seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah
merupakan kunci sukses utama dalam melaksanakan pembangunan Nasional.
Pembangunan Masyarakat dapat diidentifikasikan dengan setiap bentuk usaha
perbaikan yang bisa dicapai dengan keinginan masyarakat untuk bekerja sama,
dengan mengarahkan seluruh potensi yang ada dan dilaksanakan dalam berbagai
sektor kehidupan. Diantaranya sektor ekonomi, sosial budaya, pertanian,
kesehatan dan sektor kehidupan yang lainnya.
Dengan berbagai dasar pertimbangan termasuk pengalaman menunjukkan bahwa
bidang pendidikan merupakan
alternatif untuk mempercepat proses pembangunan.
Universitas Wiralodra ( UNWIR ) Indramayu sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, mempunyai
perhatian yang sangat besar dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat. Hal ini
didasari karena sektor ekonomi menduduki posisi yang penting dalam proses
pembangunan.
Sebagai lembaga perguruan tinggi, bentuk perhatian itu terwujud dalam Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yang dalam bentuk nyata salah satunya direalisasikan
dalam Program Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) Tematik Posdaya yang merupakan
integrasi antara dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian di lingkungan
masyarakat Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur.
1.2
Tujuan dan Sasaran KKN
a.
Tujuan dari pelaksanaan KKN
adalah:
·
Meningkatkan empati dan
kepedulian Mahasiswa.
·
Melaksanakan terapan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEK) secara Teamwork dan interdisipliner.
·
Menanamkan nilai
Kepribadian:
Ø
Nasionalisme dan jiwa
Pancasla.
Ø
Keuletan, etos kerja dan
tanggung jawab.
Ø
Kemandirian, Kepemimpinan
dan Kewirausahaan.
·
Meningkatkan daya saing
daerah/nasional.
·
Menanaman Jiwa Peneliti:
Ø
Eksploratif dan Analisis.
Ø
Mendorong learning community dan learning society.
b.
Sasaran KKN
Pada
dasarnya kegiatan KKN diarahkan kepada 3 sasaran, yaitu:
1)
Mahasiswa
v
Memperdalam pengertian,
penghayatan, dan pengalaman mahasiswa tentang:
·
Cara berpikir dan bekerja,
interdisipliner dan lintas sektoral.
·
Kegunaan hasil pendidikan
dan penelitian bagi pembangunan pada umumnya dan pembangunan daerah pedesaan
pada khususnya.
·
Kesulitan yang dihadapi
masyarakat dalam pembangunan serta keseluruhan konteks masalah pembangunan
maupun pengembangan daerah.
·
Mendewasakan cara berpikir
mahasiswa dalam setiap penelaah dan pemecahaan masalah yang ada di masyarakat
serta pragmatis ilmiah.
v
Membentuk sikap toleran,
peka sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab mahasiswa terhadap kemajuan
masyarakat dan pembangunan.
v
Memberikan keterampilan
kepada mahasiswa untuk melaksanakan program-program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.
v
Membina mahasiswa agar
menjadi seorang innovator, motivator, dan problem solver.
v
Memberikan pengalaman dan
keterampilan kepada mahasiswa sebagai kader pembangunan.
2)
Masyarakat dan Pemerintah
v
Memperoleh bantuan
pemikiran dan tenaga untuk merencanakan serta melaksanakan program pembangunan,
v
Meningkatkan kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak agar sesuai dengan program pembangunan.
v
Memperoleh
pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan dalam pembangunan di daerah.
v
Membentuk kader-kader
pembangunan dimasyarakat sehingga terjamin kesinambungan pembangunan di daerah.
3)
Perguruan Tinggi
v
Perguruan tinggi lebih
terarah dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan kepada mahasiswa, dengan
adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dengan masyarakat. Dengan
demikian, kurikulum perguruan tinggi akan dapat disesuaikan dengan tuntutan
pembangunan, tenaga pengajar memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan
sebagai contoh dalam proses pendidikan.
v
Perguruan tinggi dapat
menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah atau non pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan dan pengembangan IPTEK.
v
Perguruan tinggi dapat
mengembangkan IPTEK yang lebih bermanfaat dalam pengelolaan dan penyelesaian
berbagai masalah pembangunan.
BAB II
DESKRIPSI
2.1 Sejarah Desa
- Sejarah
dan kepemimpinan
Desa
Eretan Wetan adalah salah satu desa yang terletak di wilayah pesisir pantura,
dulu desa ini bernama Wanakerta yang berarti alas atau hutan yang ramai. Tidak
dapat di lacak kapan persisnya perubahan dari nama Wanakerta ini menjadi
Eretan, namun dari presentasi bapak Murcita sesepuh masyarakat Eretan dalam
diskusi “Bedah problema dan Solusi Desa Eretan” di Jakarta, tanggal 26-27 Mei
2005. Dalam catatan singkatnya dinyatakan bahwa saat itu Wanakerta sudah
memiliki kuwu/ kepala desa.Pertama kuwu Basman yang memerintah selama
dua tahun dari tahun 1920-1922, kemudian di lanjutkan oleh penerusnya Kuwu
Embat-embat selama kurang dari satu tahun (1922 awal-1922 akhir). Setelah kuwu
Embat-embat ini nama Eretan baru muncul, jadi perkiraan nama Eretan muncul
antara tahun 1922 sampai tahun 1923. Bersamaan saat bangsa ini melakukan pergolakan
untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan asing.
Nama
Eretan sendiri berasal dari kata eret, aktifitas menarik rakit atau getek
dengan tambang yang saat itu merupakan media transportasi satu-satunya yang
menghubungkan dua desa, Wanakerta (Eretan Wetan sekarang) dengan desa Kerta
jaya (Eretan Kulon sekarang) dan Kertawinangun (hasil pemekaran dari Eretan
kulon). Sejak adanya media transportasi yang dieret atau ditarik ini
nama Eretan menjadi terkenal sementara nama Wanakerta menjadi hilang sampai
saat ini. Maka nama Wanakerta berubah menjadi nama Eretan
Letak
Eretan Secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut jawa
dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai, oleh karenanya secara alamiah
mayoritas penduduk Eretan terdorong
menjadi masyarakat nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik
sebagai nelayan tangkap, pengusaha / bakul ikan, buruh pengolah atau jasa
lainnya. Kalau di total di sector ini profesi penduduk Eretan mencapai angka
kurang-lebih 80% dari total jumlah penduduk Eretan.
Luas
wilayah Eretan 179,800 ha. Sementara seluas 49,266 ha adalah wilayah pemukiman
penduduk, sisanya berupa persawahan, lahan tambak, ladang garam, lahan kuburan,
dll. Hasil sensus tahun 2004, menyatakan Eretan memiliki jumlah penduduk 11.710
jiwa dengan komposisi 5928 jiwa adalah laki-laki, sedang sebanyak 5728 jiwa
adalah kaum perempuan, data ini menjadikan Eretan salah satu desa dengan jumlah
penduduk terbesar dan pemukiman padat di wilayah kecamatan Kandanghaur.
Secara
geografis Eretan juga berada pada posisi yang strategis, yaitu berada di jalur
transportasi utama jalan Negara Cirebon-Jakarta. Hal ini tentunya secara
ekonomis sangat menguntungkan Eretan, karena ramai dan potensialnya dan juga
menjadikan Eretan sebagai salah satu daerah tujuan transit, baik dari arah laut
melalui pelabuhannya atau melalui jalur darat dengan restoran, rumah-rumah
makan, maupun tempat wisata yang membentang sepanjang desa Eretan.
Letak
Eretan yang strategis ini membuat interaksi masyarakat Eretan dengan dunia luar
berjalan secara massif dan dialektis, hal ini terjadi dari dulu hingga
sekarang, yang tentunya hal tersebut dapat dipastikan akan memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat Eretan, terutama yang berkaitan dengan kemudahan dan
penguatan akses yang ditawarkan, baik dari segi perdagangan maupun informasi di
samping juga membawa ancaman dan dampak negative lainnya. Potensi ini membuat
Eretan bertahan sebagai salah satu daerah sentra produksi ikan terbesar di
Indramayu-Jawa barat dengan pasokan hasil laut sebesar 30 % dari kebutuhan
masyarakat Indramayu-Jawa Barat.
Keberadaan
Eretan sebagai daerah transit yang strategis baik melalu jalur darat ataupun
melalui jalur laut adalah sesuatu yang otentik, salah satu buktinya adalah saat
kedatangan pertama kali pasukan tentara Jepang ke Indonesia (Baca : Jawa) dalam
perang dunia II melawan sekutu adalah melalui pantai Eretan di samping melalui
Kragan-Demak Jawa Tengah dan Teluk Banten, informasi ini penulis ketahui dari
sebuah catatan pada Museum Sri Baduga Bandung. Saat itu kalau kita kaitkan
dengan periodesasi pemerintahan di Eretan, maka kedatangan pasukan tentara
Jepang ini terjadi saat Eretan di pimpin oleh Kuwu Sunadi yang
memerintah dari tahun 1942 sampai 1950 atau kuwu yang ke enam terhitung sejak
masih bernama desa Wanakerta.
Dalam
catatan sejarah perjuangan bangsa disebutkan, bahwa pasukan tentara Jepang
mendarat di pantai Eretan, Kragan dan Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942 M.
setelah sebelumnya mendarat dan menguasai wilayah tarakan Kalimantan Timur pada
tanggal 11 Januari 1942, kemudian
menduduki wilayah palembang pada tanggal 16 Februari 1942, sehingga terbukalah
pulau Jawa bagi tentara Jepang. Setelah itu terjadilah pertempuran antara Jepang
dan pemerintah colonial Belanda di Jawa.Tanpa diduga, pasukan Belanda tidak
dapat menghadapi keperkasaan tentara Jepang. Akibatnya belanda menyerah tanpa
syarat pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang, satu desa yang letaknya
tidak begitu jauh dari Eretan, berjarak kisaran 70 Km.
Dalam
diskusi dengan Bapak Murcita (Sesepuh desa & Mantan ketua LPM Desa Eretan
Wetan periode 1998-2008), Beliau menjelaskan bahwa saat perjuangan kemerdekaan
banyak putra pribumi Eretan yang ikut
terjun sebagai pejuang perintis kemerdekaan. Saat itu banyak pemuda Eretan yang
tergabung dalam GPPI (Gerakan Pemuda
Islam Indonesia), gerakan dari para santri ini dipimpin oleh ABDUL WAHID dan
WAIL (Alm), dengan anggota Saripin, Basuki, Muklas, Ilyas, dan Raswad, yang
semuanya telah meninggal dunia (Allahu yarham), kecuali Raswad masih hidup,
beliau sekarang lebih dikenal dengan nama H. Mustakim (Blok Condong ). Markas GPPI saat itu bertempat di
rumah yang sekarang ditempati Wawat atau Anhar Zorqi.Adapun dari kalangan orang
tua saat itu yang aktif dalam pergerakan sosial dan politik di ormas NU adalah
Kyiai Abdul Halim, Kyiai Sarwin, dan Muin Rais. Sementara yang berjuang melalui
wadah Masyumi tercatat nama Kyiai Karjum dan Kyiai Tama.
Sebagian
pemuda Eretan yang lain aktif dalam gerakan
GP Ansor di bawah kepemimpinan Jayadi. sementara di kalangan pemuda
nasionalis Eretan banyak yang terlibat dalam gerakan Pembela Rakyat Indonesia
(PELOPOR). Gerakan ini bermarkas di rumah Ibu Turinah (Alm), sekarang menjadi tanah kosong di samping
rumah Bapak Murcita. Pimpinan gerakan ini adalah MUTHOLIB dengan anggota Limin
palak, Leman kamintra, Tadi bin Arsa, Tarsiman bin Dar, Raswad bin Sungeb, dan
Kaslam.
Salah
satu peristiwa heroic yang di kenang masyarakat Eretan sampai saat ini adalah
saat Raswad dan tiga orang kawannya mengawal MA.Sentot dengan perahu dari
Eretan ke Ujung Ori (Indramayu) berhasil dengan selamat sampai tujuan dalam
pengejaran Belanda. Padahal saat itu Sentot adalah target utama penjajah
Belanda di wilayah utara Jawa Barat. Tiga teman yang mendampingi Raswad saat
itu adalah Carmita (Alm), Kembar (Alm), dan Jana (Alm). Pada saat itu semangat
perjuangan ditunjukkan seluruh bangsa Indonesia , tidak terkecuali
rakyat dan para pemuda Eretan.
Pemerintahan
desa Eretan datang silih berganti laksana aliran air, satu selesai datang yang
kedua, satu habis yang lain melanjutkan. Regenerasi ini mengalir dari masa pra
kemerdekaan hingga hari ini. Dalam catatan kita sekira 19 kuwu pernah memimpin
desa ini. Dari Kuwu Eretan pertama
sampai kuwu Suminta atau kuwu yang ke tujuh desa Eretan Wetan, semuanya
diangkat atau ditunjuk oleh masyarakat, yang biasanya ditunjuk berdasar
kekuatan fisik dan kemampuan kanuragan yang dimiliki di samping sifat perbawa
tentunya. Karena tantangan dan ancaman yang sering terjadi di desa saat itu adalah
para perampok atau perompak yang sering
mengganggu warga desa, maka dibutuhkan pemimpin yang kuat dan ahli
kanuragan/silat untuk menghalau kedatangan mereka.
Kebijakan ini berubah setelah kuwu Suminta
(1964-1966) karena saat itu pengangkatan kuwu dilakukan dengan cara pemilihan
yang dilakukan secara demokratis seperti pemilihan yang kita alami sekarang
ini.
Dalam periodesasi pemerintahan desa Eretan Wetan Kuwu / kepala Desa atau
pejabat kuwu yang pernah memimpin Eretan sepanjang keberadaan desa ini adalah :
Desa Wanakerta
- 1. Basman tahun 1920-1922
- 2. Embat-embat tahun 1922 awal-1922 akhir
Desa Eretan Wetan
- 3. Capang tahun 1923-1924
- 4. Wasil tahun 1924-1938
- 5. Dargi tahun 1938-1942
- 6. Sunadi tahun 1942-1950
- 7. Runtah tahun 1950-1963
- 8. Tasan (PJ) tahun 1963-1964
- 9. Suminta tahun 1964-1966
- 10. Sawita (PJ) tahun 1966-1967
- 11. Jayadi (PJ) tahun 1967-1969
- 12. Muslimin tahun 1969-1970
- 13. Maksudin tahun 1971-1983
- 14. Madamin (PJ) tahun 1983-1985
- 15. Mahyudin (PJ) tahun 1985-1987
- 16. Syafrudin Yuafi tahun 1988-1997
- 17. Imron ( PJ) tahun 1997-1997
- 18. Nono suwarno tahun 1998-2008
- 19. H, Edi Suhaedi tahun 2008-sekarang
- Fasilitas Ibadah dan lembaga sosial publik
Interaksi
masyarakat Eretan yang massif dan dialektik dengan dunia luar, membuat dinamika
di tengah-tengah masyarakat Eretan berjalan cepat, tidak hanya dibidang ekonomi
dan sosial-budaya, tetapi juga dibidang politik dan keagamaan. Ghirah
masyarakat di bidang keagamaan semakin menunjukkan tren positif dalam
tahun-tahun belakangan. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya
tempat-tempat ibadah dan sarana pendidikan agama.
Di
setiap Rukun Tangga (RT) desa Eretan Wetan, dapat dipastikan ada minimal satu
musholla, bahkan dibeberapa Rukun Tangga (RT) tertentu sudah dilengkapi dengan
lembaga pendidikan agama, seperti TPA, MDA, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Di
desa Eretan Wetan terdapat 2 masjid dan 19 musholla yang semuanya menyebar
secara merata di setiap blok. Pertama, Masjid Jami’ Al-Ikhlas yang
berlokasi di blok Condong diakui sebagai masjid desa yang menampung seluruh
elemen masyarakat Eretan yang heterogen. Masjid ini dibangun sekira tahun
1930-an, pada awalnya belum memiliki nama yang melekat sampai pada pembangunan
(rehab) yang kedua tahun 1965, pada saat peresmiannya dalam acara pengajian
maulid nabi dengan pembicara Kapten Bisri, masjid ini di beri nama “Al-Ikhlas”.
Pengurus masjid Al-Ikhlas saat itu adalah Ustadz Muin Rais, Zaenal Abidin, H.
Muhammad, dan H. Kasman.
Masjid
pertama yang dibangun oleh masyarakat Eretan ini memiliki daya tampung 5000
jamaah. Pada kepengurusan Masnun Sarnawi tahun 2006, Saat itu ide pendirian
Pondok Zakat muncul, dan nama Al-Ikhlas di belakang nama Pondok Zakat adalah
bukti keterkaitan lembaga ini dengan masjid terbesar di desa Eretan Wetan
tersebut, sekarang pengurus DKM Al-Ikhlas diketuai Dasuki Dinussalam.
Usaha pengembangan yang dilakukan oleh
pengurus DKM Al-Ikhlas dari masa ke masa
dilakukan, hal ini menunjukan ada dinamika di tubuh kepengurusan masjid jami
terbesar di desa Eretan ini, yang tujuan akhir dari usaha pengembangan yang
dilakukan adalah untuk menjadikan masjid jami Al-Ikhlas sebagai sarana ibadah ritual dan sosial yang
baik dan menarik.
Dalam
Muktamar Risalatul Masjid di Mekkah pada tahun 1975, didiskusikan dan
disepakati bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila
memiliki ruangan dan peralatan yang memadai untuk :
a.
Ruang sholat yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan
b.
Ruang-ruang khusus, seperti ruang
khusus wanita, ruang pendidikan dan kejahteraan keluarga (PKK)
c.
Ruang pertemuan dan perpustakaan
d.
Ruang poliklinik, dan ruang untuk
memandikan dan mengkafani mayat
e.
Ruang bermain, berolahraga, dan
berlatih bagi remaja
Dalamk
usaha pengembangan itulah pada tahun 1983, pengurus DKM
Al-Ikhlas
mendirikan yayasan al-ikhlas yang pada mulanya konsen menggarap pendidikan
formal maupun non formal dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi
(lihat AD / ART yayasan Al-Ikhlas pada maksud,tujuan dan usaha yayasan) . Dalam
pengembangannya sekarang yayasan al-ikhlas berusaha melakukan pemberdayaan
fakir-miskin melalui pondok zakat dan pembinaan anak yatim-piatu melalui Bina
Yatama Al-Ikhlas. Pada pengembangan selanjutnya sedang dijajagi melakukan
rintisan badan usaha pemberdayaan ekonomi dan layanan kesehatan.
Kedua.
Masjid Al-Furqon yang terletak di tengah-tengah blok Pang-pang desa Eretan
Wetan, Masjid ini berdiri pada tahun 1978. dengan kapasitas 1500 jamaah. Saat
ini yang menjabat sebagai pengurus DKM Al-Furqon (Periode 2008-2010) adalah Abidin Idris,
Henri Hariri dan Yanto Sugiyanto.
Adapun
musholla atau langgar menyebar secara merata, baik yang berada di sebelah utara
atau yang berada di sebelah selatan jalan. Di sebelah utara jalan atau yang
berada di blok Pang-pang dan Condong ada 9 musholla, yakni Al-Bahri, Al-Jihad, Nurul Iman, Baiturrohman,
At-Taufiq, Al-Munawwaroh, Al-Fatah, Al-Hidayah, Al-Barkah dan Baitusy Syakirin.
Tabel Masjid / Musholla Blok
Pang-pang dan Condong
NO
|
MASJID / MUSHOLLA
|
ALAMAT
|
PENGURUS
|
1
|
AL-BAHRI
|
RT 01 / 01
|
SUNADI
|
2
|
AL-JIHAD
|
RT 01 / 01
|
SAMANI
|
3
|
NURUL IMAN
|
RT 02 / 01
|
A. FATORI
|
4
|
MASJID AL-FURQON
|
RT 02 / 01
|
ABIDIN IDRIS
|
5
|
BAETURROHMAN
|
RT 01 / 02
|
H. SUWANDI
|
6
|
AT-TAUFIQ
|
RT 02 / 02
|
H. AMBARI
|
7
|
AL-MUNAWWAROH
|
RT 03 / 03
|
H. SUHARTO
|
8
|
AL-FATAH
|
RT 04 / 03
|
H. JAENI
|
9
|
AL-BARKAH
|
RT 01 / 02
|
MUH. NUR
|
10
|
AL-HIDAYAH
|
RT 01 / 02
|
ABDUSY SYUKUR
|
11
|
BAETUSY SYAKIRIN
|
RT 02 / 02
|
DARGA
|
12
|
MASJID AL-IKHLAS
|
RT 01 / 03
|
DASUKI DS
|
Sementara yang berada di sebelah selatan jalan
atau berada di blok Prempu, ada 9 musholla/langgar, yaitu An-Nur,
Al-Mustaghfirin, Al-Muhajirin, Baitut Tawwabin, Nurul Hikmah, Nurul Huda,
Baitul Amanah, Al-Mukhlisin dan At-Taqwa.
Tabel Musholla Blok Prempu
NO
|
MUSHOLLA
|
ALAMAT
|
PENGURUS
|
1
|
AN-NUR
|
RT 01 / 04
|
SAWAD
|
2
|
AL-MUSTAGHFIRIN
|
RT 01 / 04
|
MUHADI
|
3
|
AL-MUHAJIRIN
|
RT 02 / 04
|
H. EDI S
|
4
|
BAETUT TAWWABIN
|
RT 02 / 04
|
SUPRAYITNO
|
5
|
NURULHIKMAH
|
RT 02 / 04
|
H. SUKARYA
|
6
|
NURUL HUDA
|
RT 04 / 04
|
WARIMAN
|
7
|
BAETUL AMANAH
|
RT 05 / 04
|
NONO
|
8
|
AL-MUKHLISIN
|
RT 05 / 04
|
CANGKOL
|
9
|
AT-TAQWA
|
RT 03 / 05
|
IMRON M.
|
Masjid
atau dalam tradisi muslim di Jawa sering disebut juga langgar atau musholla
bila dibuat dengan ukuran yang lebih kecil. Pada awal pendiriannya di zaman
Rasulullah SAW, tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah ritual semata,
seperti dzikir dan sholat. Tetapi masjid saat itu difungsikan juga untuk tempat
pendidikan, tempat santunan sosial, klinik dan pelayanan medis bagi para
pejuang korban perang, bahkan juga digunakan
sebagai camp militer dan tempat logistic perang (Quraisy Shihab, Wawasan
Al-Qur’an :462), sesuai dengan akar katanya, secara literal kata masjid
terambil dari kata sajada-yasjudu-sujud, yang berarti patuh, taat, serta
tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Disini masjid dipahami bukan hanya
sekedar tempat sujud atau bangunan tempat sholat tetapi kata masjid berarti
juga tempat pelaksanaan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan
kepada Allah SWT.
Fungsi
dan peranan masjid yang besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam
itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Keadaan sudah berubah, seiring
perubahan yang terjadi di tengah masyarakat. Maka muncullah lembaga-lambaga
baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu. Demikian juga
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Eretan, masjid Al-Ikhlas sering di
identikkan sebagai sarana ibadah ritual saja, sementara peranan dan fungsinya
yang lain di ambil alih oleh lembaga-lembaga yang lebih spesifik, dalam konteks
al-ikhlas di alihkan kepada yayasan.
Di bidang pendidikan agama banyak lembaga
pendidikan baik yang formal maupun informal didirikan oleh masyarakat
Eretan. Untuk tingkat anak-anak usia di
bawah tujuh tahun, didirikan TPA Al-munawwaroh di blok Condong pada tahun 1995
dengan kepala sekolah, Dra. Hj. Oom Komariah. Tingkat sekolah dasar ada Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Al-Ikhlas yang berada dalam naungan Yayasan Al-Ikhlas dan
madrasah diniyah awwaliyah (MDA) sebanyak lima madrasah yang menyabar di setiap
blok yang ada di desa Eretan Wetan.
DAFTAR NAMA RA/TPA DAN DTA SE DESA ERETAN WETAN
NO
|
NAMA RA/DTA
|
LOKASI
|
1
|
RA
AL IKHLAS
|
CONDONG
|
2
|
TPA
AL MUNAWAROH
|
CONDONG
|
3
|
DTA
AL JIHAD
|
PANG PANG 1
|
4
|
DTA
NURUL HILAL
|
PANG PANG 1
|
5
|
DTA
BAHRUL ULUM
|
CONDONG
|
6
|
DTA
AL HIDAYAH
|
BONG
|
7
|
DTA
AL MUSYAWIRIN
|
PREMPU
|
8
|
DTA
AL IMRON
|
PREMPU
|
9
|
DTA
AL MUSTAGFIRIN
|
KORAMIL
|
Sementara
untuk lembaga sosial-agama, tidak ada data pasti mengenai keberadaannya,
kecuali hanya sebagian saja, di samping keberadaannya yang kadang tidak jelas
antara eksis dan tidaknya. Dapat kami sebut di antara lembaga atau kelompok
kerja sosial yang ada di desa Eretan Wetan adalah POKJA PSA, kelompok kerja
yang bergerak dibidang sosial-agama di bawah KUD Misaya Mina Eretan, yang
menyisihkan dana dari nelayan dan bakul untuk keperluan sosial- agama di desa
Eretan. Kedua, Bina Yatama Al Ikhlas Sebagai Wadah Bagi anak yatim di
desa eretan wetan, KetigaPondok Zakat
Al-Ikhlas, yang sejarah dan hal-ikhwalnya menjadi inspirasi dari buku kecil
ini. Untuk pembahasan tentang keberadaannya akan diulas pada bab-bab berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar