Senin, 26 Agustus 2013

LAPORAN KEGIATAN KKN UNWIR DESA ERETAN WETAN 2012 BAB I & II

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional sebagai mana disebutkan dalam garis-garis besar haluan negara pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan Pembangunan Masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai Dasar, Tujuan dan Pedoman Pembangunan Nasional .
Dengan dua sisi pandang pembangunan tersebut, maka pada dasarnya pembangunan itu di tunjukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara sederhana kesejahteraan masyarakat dapat di formulasikan dengan batasan terpenuhinya seluruh kebutuhan baik aspek material maupun spiritual.
Berdasarkan uraian di atas dapat di katakan bahwa pembangunan adalah merupakan tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang.
Kegiatan masyarakat dan pemerintah saling menunjang, saling mengisi dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan Nasional. Dengan demikian keterlibatan semua unsur, kesamaan persepsi, tekad dan gerak langkah seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah merupakan kunci sukses utama dalam melaksanakan pembangunan Nasional.
Pembangunan Masyarakat dapat diidentifikasikan dengan setiap bentuk usaha perbaikan yang bisa dicapai dengan keinginan masyarakat untuk bekerja sama, dengan mengarahkan seluruh potensi yang ada dan dilaksanakan dalam berbagai sektor kehidupan. Diantaranya sektor ekonomi, sosial budaya, pertanian, kesehatan dan sektor kehidupan yang lainnya.
Dengan berbagai dasar pertimbangan termasuk pengalaman menunjukkan bahwa bidang pendidikan merupakan alternatif untuk mempercepat proses pembangunan.
Universitas Wiralodra ( UNWIR ) Indramayu sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, mempunyai perhatian yang sangat besar dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat. Hal ini didasari karena sektor ekonomi menduduki posisi yang penting dalam proses pembangunan.
Sebagai lembaga perguruan tinggi, bentuk perhatian itu terwujud dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang dalam bentuk nyata salah satunya direalisasikan dalam Program Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) Tematik Posdaya yang merupakan integrasi antara dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian di lingkungan masyarakat Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur.

1.2     Tujuan dan Sasaran KKN
a.      Tujuan dari pelaksanaan KKN adalah:
·         Meningkatkan empati dan kepedulian Mahasiswa.
·         Melaksanakan terapan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEK) secara Teamwork dan interdisipliner.
·         Menanamkan nilai Kepribadian:
Ø  Nasionalisme dan jiwa Pancasla.
Ø  Keuletan, etos kerja dan tanggung jawab.
Ø  Kemandirian, Kepemimpinan dan Kewirausahaan.
·         Meningkatkan daya saing daerah/nasional.
·         Menanaman Jiwa Peneliti:
Ø  Eksploratif dan Analisis.
Ø  Mendorong learning community dan learning society.
b.      Sasaran KKN
Pada dasarnya kegiatan KKN diarahkan kepada 3 sasaran, yaitu:
1)      Mahasiswa
v   Memperdalam pengertian, penghayatan, dan pengalaman mahasiswa tentang:
·         Cara berpikir dan bekerja, interdisipliner dan lintas sektoral.
·         Kegunaan hasil pendidikan dan penelitian bagi pembangunan pada umumnya dan pembangunan daerah pedesaan pada khususnya.
·         Kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam pembangunan serta keseluruhan konteks masalah pembangunan maupun pengembangan daerah.
·         Mendewasakan cara berpikir mahasiswa dalam setiap penelaah dan pemecahaan masalah yang ada di masyarakat serta pragmatis ilmiah.
v  Membentuk sikap toleran, peka sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab mahasiswa terhadap kemajuan masyarakat dan pembangunan.
v  Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan program-program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
v  Membina mahasiswa agar menjadi seorang innovator, motivator, dan problem solver.
v  Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa sebagai kader pembangunan.
2)      Masyarakat dan Pemerintah
v  Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga untuk merencanakan serta melaksanakan program pembangunan,
v  Meningkatkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak agar sesuai dengan program pembangunan.
v  Memperoleh pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan dalam pembangunan di daerah.
v  Membentuk kader-kader pembangunan dimasyarakat sehingga terjamin kesinambungan pembangunan di daerah.
3)      Perguruan Tinggi
v  Perguruan tinggi lebih terarah dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan kepada mahasiswa, dengan adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dengan masyarakat. Dengan demikian, kurikulum perguruan tinggi akan dapat disesuaikan dengan tuntutan pembangunan, tenaga pengajar memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan.
v  Perguruan tinggi dapat menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah atau non pemerintah dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan IPTEK.
v  Perguruan tinggi dapat mengembangkan IPTEK yang lebih bermanfaat dalam pengelolaan dan penyelesaian berbagai masalah pembangunan.

BAB II
DESKRIPSI
2.1 Sejarah Desa
  •             Sejarah dan kepemimpinan

Desa Eretan Wetan adalah salah satu desa yang terletak di wilayah pesisir pantura, dulu desa ini bernama Wanakerta yang berarti alas atau hutan yang ramai. Tidak dapat di lacak kapan persisnya perubahan dari nama Wanakerta ini menjadi Eretan, namun dari presentasi bapak Murcita sesepuh masyarakat Eretan dalam diskusi “Bedah problema dan Solusi Desa Eretan” di Jakarta, tanggal 26-27 Mei 2005. Dalam catatan singkatnya dinyatakan bahwa saat itu Wanakerta sudah memiliki kuwu/ kepala desa.Pertama kuwu Basman yang memerintah selama dua tahun dari tahun 1920-1922, kemudian di lanjutkan oleh penerusnya Kuwu Embat-embat selama kurang dari satu tahun (1922 awal-1922 akhir). Setelah kuwu Embat-embat ini nama Eretan baru muncul, jadi perkiraan nama Eretan muncul antara tahun 1922 sampai tahun 1923. Bersamaan saat bangsa ini melakukan pergolakan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan asing.
Nama Eretan sendiri berasal dari kata eret, aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu merupakan media transportasi satu-satunya yang menghubungkan dua desa, Wanakerta (Eretan Wetan sekarang) dengan desa Kerta jaya (Eretan Kulon sekarang) dan Kertawinangun (hasil pemekaran dari Eretan kulon). Sejak adanya media transportasi yang dieret atau ditarik ini nama Eretan menjadi terkenal sementara nama Wanakerta menjadi hilang sampai saat ini. Maka nama Wanakerta berubah menjadi nama Eretan
Letak Eretan Secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai, oleh karenanya secara alamiah mayoritas penduduk Eretan  terdorong menjadi masyarakat nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai nelayan tangkap, pengusaha / bakul ikan, buruh pengolah atau jasa lainnya. Kalau di total di sector ini profesi penduduk Eretan mencapai angka kurang-lebih 80% dari total jumlah penduduk Eretan.
Luas wilayah Eretan 179,800 ha. Sementara seluas 49,266 ha adalah wilayah pemukiman penduduk, sisanya berupa persawahan, lahan tambak, ladang garam, lahan kuburan, dll. Hasil sensus tahun 2004, menyatakan Eretan memiliki jumlah penduduk 11.710 jiwa dengan komposisi 5928 jiwa adalah laki-laki, sedang sebanyak 5728 jiwa adalah kaum perempuan, data ini menjadikan Eretan salah satu desa dengan jumlah penduduk terbesar dan pemukiman padat di wilayah kecamatan Kandanghaur.
Secara geografis Eretan juga berada pada posisi yang strategis, yaitu berada di jalur transportasi utama jalan Negara Cirebon-Jakarta. Hal ini tentunya secara ekonomis sangat menguntungkan Eretan, karena ramai dan potensialnya dan juga menjadikan Eretan sebagai salah satu daerah tujuan transit, baik dari arah laut melalui pelabuhannya atau melalui jalur darat dengan restoran, rumah-rumah makan, maupun tempat wisata yang membentang sepanjang desa Eretan. 
Letak Eretan yang strategis ini membuat interaksi masyarakat Eretan dengan dunia luar berjalan secara massif dan dialektis, hal ini terjadi dari dulu hingga sekarang, yang tentunya hal tersebut dapat dipastikan akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Eretan, terutama yang berkaitan dengan kemudahan dan penguatan akses yang ditawarkan, baik dari segi perdagangan maupun informasi di samping juga membawa ancaman dan dampak negative lainnya. Potensi ini membuat Eretan bertahan sebagai salah satu daerah sentra produksi ikan terbesar di Indramayu-Jawa barat dengan pasokan hasil laut sebesar 30 % dari kebutuhan masyarakat Indramayu-Jawa Barat.
Keberadaan Eretan sebagai daerah transit yang strategis baik melalu jalur darat ataupun melalui jalur laut adalah sesuatu yang otentik, salah satu buktinya adalah saat kedatangan pertama kali pasukan tentara Jepang ke Indonesia (Baca : Jawa) dalam perang dunia II melawan sekutu adalah melalui pantai Eretan di samping melalui Kragan-Demak Jawa Tengah dan Teluk Banten, informasi ini penulis ketahui dari sebuah catatan pada Museum Sri Baduga Bandung. Saat itu kalau kita kaitkan dengan periodesasi pemerintahan di Eretan, maka kedatangan pasukan tentara Jepang ini terjadi saat Eretan di pimpin oleh Kuwu Sunadi yang memerintah dari tahun 1942 sampai 1950 atau kuwu yang ke enam terhitung sejak masih bernama desa Wanakerta.
Dalam catatan sejarah perjuangan bangsa disebutkan, bahwa pasukan tentara Jepang mendarat di pantai Eretan, Kragan dan Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942 M. setelah sebelumnya mendarat dan menguasai wilayah tarakan Kalimantan Timur pada tanggal 11 Januari 1942,  kemudian menduduki wilayah palembang pada tanggal 16 Februari 1942, sehingga terbukalah pulau Jawa bagi tentara Jepang. Setelah itu terjadilah pertempuran antara Jepang dan pemerintah colonial Belanda di Jawa.Tanpa diduga, pasukan Belanda tidak dapat menghadapi keperkasaan tentara Jepang. Akibatnya belanda menyerah tanpa syarat pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang, satu desa yang letaknya tidak begitu jauh dari Eretan, berjarak kisaran 70 Km.
Dalam diskusi dengan Bapak Murcita (Sesepuh desa & Mantan ketua LPM Desa Eretan Wetan periode 1998-2008), Beliau menjelaskan bahwa saat perjuangan kemerdekaan banyak putra pribumi Eretan  yang ikut terjun sebagai pejuang perintis kemerdekaan. Saat itu banyak pemuda Eretan yang tergabung dalam GPPI  (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), gerakan dari para santri ini dipimpin oleh ABDUL WAHID dan WAIL (Alm), dengan anggota Saripin, Basuki, Muklas, Ilyas, dan Raswad, yang semuanya telah meninggal dunia (Allahu yarham), kecuali Raswad masih hidup, beliau sekarang lebih dikenal dengan nama H. Mustakim (Blok  Condong ). Markas GPPI saat itu bertempat di rumah yang sekarang ditempati Wawat atau Anhar Zorqi.Adapun dari kalangan orang tua saat itu yang aktif dalam pergerakan sosial dan politik di ormas NU adalah Kyiai Abdul Halim, Kyiai Sarwin, dan Muin Rais. Sementara yang berjuang melalui wadah Masyumi tercatat nama Kyiai Karjum dan Kyiai Tama.
Sebagian pemuda Eretan yang lain aktif dalam gerakan  GP Ansor di bawah kepemimpinan Jayadi. sementara di kalangan pemuda nasionalis Eretan banyak yang terlibat dalam gerakan Pembela Rakyat Indonesia (PELOPOR). Gerakan ini bermarkas di rumah Ibu Turinah (Alm),  sekarang menjadi tanah kosong di samping rumah Bapak Murcita. Pimpinan gerakan ini adalah MUTHOLIB dengan anggota Limin palak, Leman kamintra, Tadi bin Arsa, Tarsiman bin Dar, Raswad bin Sungeb, dan Kaslam.
Salah satu peristiwa heroic yang di kenang masyarakat Eretan sampai saat ini adalah saat Raswad dan tiga orang kawannya mengawal MA.Sentot dengan perahu dari Eretan ke Ujung Ori (Indramayu) berhasil dengan selamat sampai tujuan dalam pengejaran Belanda. Padahal saat itu Sentot adalah target utama penjajah Belanda di wilayah utara Jawa Barat. Tiga teman yang mendampingi Raswad saat itu adalah Carmita (Alm), Kembar (Alm), dan Jana (Alm). Pada saat itu semangat perjuangan ditunjukkan seluruh bangsa Indonesia, tidak terkecuali rakyat  dan para pemuda Eretan.
Pemerintahan desa Eretan datang silih berganti laksana aliran air, satu selesai datang yang kedua, satu habis yang lain melanjutkan. Regenerasi ini mengalir dari masa pra kemerdekaan hingga hari ini. Dalam catatan kita sekira 19 kuwu pernah memimpin desa ini. Dari Kuwu Eretan pertama  sampai kuwu Suminta atau kuwu yang ke tujuh desa Eretan Wetan, semuanya diangkat atau ditunjuk oleh masyarakat, yang biasanya ditunjuk berdasar kekuatan fisik dan kemampuan kanuragan yang dimiliki di samping sifat perbawa tentunya. Karena tantangan dan ancaman yang sering terjadi di desa saat itu adalah para perampok  atau perompak yang sering mengganggu warga desa, maka dibutuhkan pemimpin yang kuat dan ahli kanuragan/silat untuk menghalau kedatangan mereka.
 Kebijakan ini berubah setelah kuwu Suminta (1964-1966) karena saat itu pengangkatan kuwu dilakukan dengan cara pemilihan yang dilakukan secara demokratis seperti pemilihan yang kita alami sekarang ini.
Dalam periodesasi pemerintahan desa Eretan Wetan Kuwu / kepala Desa atau pejabat kuwu yang pernah memimpin Eretan sepanjang keberadaan desa ini adalah :
Desa Wanakerta
  • 1.  Basman                                          tahun 1920-1922
  • 2.  Embat-embat                                  tahun 1922 awal-1922 akhir
Desa Eretan Wetan
  • 3.  Capang                                           tahun 1923-1924
  • 4.  Wasil                                              tahun 1924-1938
  • 5.  Dargi                                              tahun 1938-1942
  • 6.  Sunadi                                            tahun 1942-1950
  • 7.  Runtah                                           tahun 1950-1963
  • 8.  Tasan             (PJ)                           tahun 1963-1964
  • 9.  Suminta                                          tahun 1964-1966
  • 10. Sawita          (PJ)                           tahun 1966-1967
  • 11. Jayadi           (PJ)                           tahun 1967-1969
  • 12. Muslimin                                       tahun 1969-1970        
  • 13. Maksudin                                      tahun 1971-1983
  • 14. Madamin  (PJ)                               tahun 1983-1985
  • 15. Mahyudin   (PJ)                            tahun 1985-1987
  • 16. Syafrudin Yuafi                            tahun 1988-1997
  • 17. Imron          ( PJ)                           tahun 1997-1997
  • 18. Nono suwarno                               tahun 1998-2008
  • 19. H, Edi Suhaedi                             tahun 2008-sekarang

  • Fasilitas Ibadah dan lembaga sosial publik
Interaksi masyarakat Eretan yang massif dan dialektik dengan dunia luar, membuat dinamika di tengah-tengah masyarakat Eretan berjalan cepat, tidak hanya dibidang ekonomi dan sosial-budaya, tetapi juga dibidang politik dan keagamaan. Ghirah masyarakat di bidang keagamaan semakin menunjukkan tren positif dalam tahun-tahun belakangan. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya tempat-tempat ibadah dan sarana pendidikan agama.
Di setiap Rukun Tangga (RT) desa Eretan Wetan, dapat dipastikan ada minimal satu musholla, bahkan dibeberapa Rukun Tangga (RT) tertentu sudah dilengkapi dengan lembaga pendidikan agama, seperti TPA, MDA, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Di desa Eretan Wetan terdapat 2 masjid dan 19 musholla yang semuanya menyebar secara merata di setiap blok. Pertama, Masjid Jami’ Al-Ikhlas yang berlokasi di blok Condong diakui sebagai masjid desa yang menampung seluruh elemen masyarakat Eretan yang heterogen. Masjid ini dibangun sekira tahun 1930-an, pada awalnya belum memiliki nama yang melekat sampai pada pembangunan (rehab) yang kedua tahun 1965, pada saat peresmiannya dalam acara pengajian maulid nabi dengan pembicara Kapten Bisri, masjid ini di beri nama “Al-Ikhlas”. Pengurus masjid Al-Ikhlas saat itu adalah Ustadz Muin Rais, Zaenal Abidin, H. Muhammad, dan H. Kasman.
Masjid pertama yang dibangun oleh masyarakat Eretan ini memiliki daya tampung 5000 jamaah. Pada kepengurusan Masnun Sarnawi tahun 2006, Saat itu ide pendirian Pondok Zakat muncul, dan nama Al-Ikhlas di belakang nama Pondok Zakat adalah bukti keterkaitan lembaga ini dengan masjid terbesar di desa Eretan Wetan tersebut, sekarang pengurus DKM Al-Ikhlas diketuai Dasuki Dinussalam.
 Usaha pengembangan yang dilakukan oleh pengurus DKM Al-Ikhlas  dari masa ke masa dilakukan, hal ini menunjukan ada dinamika di tubuh kepengurusan masjid jami terbesar di desa Eretan ini, yang tujuan akhir dari usaha pengembangan yang dilakukan adalah untuk menjadikan masjid jami Al-Ikhlas  sebagai sarana ibadah ritual dan sosial yang baik dan menarik.
Dalam Muktamar Risalatul Masjid di Mekkah pada tahun 1975, didiskusikan dan disepakati bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan dan peralatan yang memadai untuk :
a.       Ruang sholat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
b.      Ruang-ruang khusus, seperti ruang khusus wanita, ruang pendidikan dan kejahteraan keluarga (PKK)
c.       Ruang pertemuan dan perpustakaan
d.      Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafani mayat
e.       Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja
Dalamk usaha pengembangan itulah pada tahun 1983, pengurus DKM
Al-Ikhlas mendirikan yayasan al-ikhlas yang pada mulanya konsen menggarap pendidikan formal maupun non formal dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi (lihat AD / ART yayasan Al-Ikhlas pada maksud,tujuan dan usaha yayasan) . Dalam pengembangannya sekarang yayasan al-ikhlas berusaha melakukan pemberdayaan fakir-miskin melalui pondok zakat dan pembinaan anak yatim-piatu melalui Bina Yatama Al-Ikhlas. Pada pengembangan selanjutnya sedang dijajagi melakukan rintisan badan usaha pemberdayaan ekonomi dan layanan kesehatan.
Kedua. Masjid Al-Furqon yang terletak di tengah-tengah blok Pang-pang desa Eretan Wetan, Masjid ini berdiri pada tahun 1978. dengan kapasitas 1500 jamaah. Saat ini yang menjabat sebagai pengurus DKM Al-Furqon  (Periode 2008-2010) adalah Abidin Idris, Henri Hariri dan Yanto Sugiyanto.
Adapun musholla atau langgar menyebar secara merata, baik yang berada di sebelah utara atau yang berada di sebelah selatan jalan. Di sebelah utara jalan atau yang berada di blok Pang-pang dan Condong ada 9 musholla, yakni  Al-Bahri, Al-Jihad, Nurul Iman, Baiturrohman, At-Taufiq, Al-Munawwaroh, Al-Fatah, Al-Hidayah, Al-Barkah dan Baitusy Syakirin.
Tabel Masjid / Musholla Blok Pang-pang dan Condong

NO
MASJID / MUSHOLLA
ALAMAT
PENGURUS
1
AL-BAHRI
RT 01 / 01
SUNADI
2
AL-JIHAD
RT 01 / 01
SAMANI
3
NURUL IMAN
RT 02 / 01
A. FATORI
4
MASJID AL-FURQON
RT 02 / 01
ABIDIN IDRIS
5
BAETURROHMAN
RT 01 / 02
H. SUWANDI
6
AT-TAUFIQ
RT 02 / 02
H. AMBARI
7
AL-MUNAWWAROH
RT 03 / 03
H. SUHARTO
8
AL-FATAH
RT 04 / 03
H. JAENI
9
AL-BARKAH
RT 01 / 02
MUH. NUR
10
AL-HIDAYAH
RT 01 / 02
ABDUSY SYUKUR
11
BAETUSY SYAKIRIN
RT 02 / 02
DARGA
12
MASJID AL-IKHLAS
RT 01 / 03
DASUKI DS

 Sementara yang berada di sebelah selatan jalan atau berada di blok Prempu, ada 9 musholla/langgar, yaitu An-Nur, Al-Mustaghfirin, Al-Muhajirin, Baitut Tawwabin, Nurul Hikmah, Nurul Huda, Baitul Amanah, Al-Mukhlisin dan At-Taqwa.
Tabel Musholla Blok Prempu
NO
MUSHOLLA
ALAMAT
PENGURUS
1
AN-NUR
RT 01 / 04
SAWAD
2
AL-MUSTAGHFIRIN
RT 01 / 04
MUHADI
3
AL-MUHAJIRIN
RT 02 / 04
H. EDI S
4
BAETUT TAWWABIN
RT 02 / 04
SUPRAYITNO
5
NURULHIKMAH
RT 02 / 04
H. SUKARYA
6
NURUL HUDA
RT 04 / 04
WARIMAN
7
BAETUL AMANAH
RT 05 / 04
NONO
8
AL-MUKHLISIN
RT 05 / 04
CANGKOL
9
AT-TAQWA
RT 03 / 05
IMRON M.

Masjid atau dalam tradisi muslim di Jawa sering disebut juga langgar atau musholla bila dibuat dengan ukuran yang lebih kecil. Pada awal pendiriannya di zaman Rasulullah SAW, tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah ritual semata, seperti dzikir dan sholat. Tetapi masjid saat itu difungsikan juga untuk tempat pendidikan, tempat santunan sosial, klinik dan pelayanan medis bagi para pejuang korban perang, bahkan juga digunakan  sebagai camp militer dan tempat logistic perang (Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an :462), sesuai dengan akar katanya, secara literal kata masjid terambil dari kata sajada-yasjudu-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Disini masjid dipahami bukan hanya sekedar tempat sujud atau bangunan tempat sholat tetapi kata masjid berarti juga tempat pelaksanaan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT.
Fungsi dan peranan masjid yang besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Keadaan sudah berubah, seiring perubahan yang terjadi di tengah masyarakat. Maka muncullah lembaga-lambaga baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu. Demikian juga yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Eretan, masjid Al-Ikhlas sering di identikkan sebagai sarana ibadah ritual saja, sementara peranan dan fungsinya yang lain di ambil alih oleh lembaga-lembaga yang lebih spesifik, dalam konteks al-ikhlas di alihkan  kepada yayasan.
 Di bidang pendidikan agama banyak lembaga pendidikan baik yang formal maupun informal didirikan oleh masyarakat Eretan.  Untuk tingkat anak-anak usia di bawah tujuh tahun, didirikan TPA Al-munawwaroh di blok Condong pada tahun 1995 dengan kepala sekolah, Dra. Hj. Oom Komariah. Tingkat sekolah dasar ada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ikhlas yang berada dalam naungan Yayasan Al-Ikhlas dan madrasah diniyah awwaliyah (MDA) sebanyak lima madrasah yang menyabar di setiap blok yang ada di desa Eretan Wetan.


DAFTAR NAMA RA/TPA DAN DTA SE DESA ERETAN WETAN

NO
NAMA RA/DTA
LOKASI
1
RA AL IKHLAS
CONDONG
2
TPA AL MUNAWAROH
CONDONG
3
DTA AL JIHAD
PANG PANG 1
4
DTA NURUL HILAL
PANG PANG 1
5
DTA BAHRUL ULUM
CONDONG
6
DTA AL HIDAYAH
BONG
7
DTA AL MUSYAWIRIN
PREMPU
8
DTA AL IMRON
PREMPU
9
DTA AL MUSTAGFIRIN
KORAMIL


Sementara untuk lembaga sosial-agama, tidak ada data pasti mengenai keberadaannya, kecuali hanya sebagian saja, di samping keberadaannya yang kadang tidak jelas antara eksis dan tidaknya. Dapat kami sebut di antara lembaga atau kelompok kerja sosial yang ada di desa Eretan Wetan adalah POKJA PSA, kelompok kerja yang bergerak dibidang sosial-agama di bawah KUD Misaya Mina Eretan, yang menyisihkan dana dari nelayan dan bakul untuk keperluan sosial- agama di desa Eretan. Kedua, Bina Yatama Al Ikhlas Sebagai Wadah Bagi anak yatim di desa eretan wetan, KetigaPondok Zakat Al-Ikhlas, yang sejarah dan hal-ikhwalnya menjadi inspirasi dari buku kecil ini. Untuk pembahasan tentang keberadaannya akan diulas pada bab-bab berikut.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar